Di bawah sinar bulan yang merah dan mencekam, berdiri sosok raksasa yang mengintai dari langit — tatapannya liar, kehadirannya tak terbantahkan. Ia adalah Charles Manson, bukan sekadar manusia, melainkan mitos. Sosok bayangan ilahi yang menguasai kekacauan yang ia ciptakan. Di bawahnya, para pengikut setianya — gadis-gadis muda — berbaris dalam gelap malam, memegang pisau dengan tangan berlumuran darah, wajah mereka dipenuhi gairah fanatik dan kebebasan yang menyesatkan. Adegan ini dipenuhi warna, namun kisah yang disampaikan lebih gelap dari malam itu sendiri.
Dulu mereka hanya gadis-gadis biasa. Anak-anak dari keluarga biasa, pemimpi, pencari makna. Namun di bawah kendali Manson, mereka berubah menjadi prajurit dari sebuah delusi. Manson menyebutnya Helter Skelter — sebuah ramalan, katanya, disampaikan oleh lagu-lagu The Beatles. Sebuah perang ras besar yang akan mengguncang Amerika. Ia meyakini bahwa ia dan “keluarganya” akan selamat, bersembunyi, dan akhirnya memimpin dunia yang hancur.
Untuk memicu perang itu, ia memerintahkan pembunuhan. Bukan karena kebencian, tapi demi “tujuan yang lebih besar”.
Dan mereka melakukannya — dengan semangat, dengan ritual. Bukan hanya membunuh manusia, tetapi juga membunuh moral, nalar, dan kemanusiaan itu sendiri.
Karya seni ini menangkap kejatuhan itu — bukan dengan darah dan kekerasan nyata, tapi melalui simbolisme. Wajah Manson menjulang di langit seperti dewa yang mengawasi, sementara perempuan-perempuan di bawahnya menari di jalanan kota dengan pisau terangkat, dalam palet warna pop art yang cerah dan mencolok. Terlalu indah untuk menggambarkan kengerian — dan itulah intinya. Gambar ini memaksa kita menyadari bahwa kejahatan bisa datang dengan senyum, bahwa manipulasi bisa tersembunyi dalam lagu, cinta, atau komunitas.
Ini bukan sekadar gambaran masa lalu. Ini adalah peringatan. Bahwa karisma bisa menjadi kendali, bahwa keyakinan bisa membutakan, dan bahwa batas antara pengabdian dan kehancuran sangatlah tipis.
Inilah Helter Skelter — bukan hanya sebuah istilah, tetapi sebuah kejatuhan. Sebuah perjalanan menuju kegilaan yang disamarkan sebagai makna.