Kegiatan menggambar tentu saja selalu digemari oleh orang banyak, terlebih di waktu kita masih kecil dulu. Namun, siapa yang menyangka bila kegiatan ini bisa menghasilkan pundi-pundi materi bila diseriuskan? Mungkin bila kita ambil jajak pendapat perihal ini di masa kecil, maka persentasenya akan sangat rendah bila dibandingkan dengan cita-cita yang lain. Tak ada yang salah dari impian anak kecil, toh kita tidak bisa memaksakan kehendak kepada mereka (begitu pula di masa kecil kita). Semua orang akan menemukan sendiri jalan untuk menuju ke impian dan cita-citanya sendiri, walaupun kadang di tengah jalan pergulatan sering terjadi.
Satu dari banyak anak kecil di masa dulu yang masih memegang teguh impiannya adalah Luthfi Hadi, atau yang akrab disapa dengan nama Keos. Dirinya sedari kecil memang menginginkan untuk menjadi seorang “tukang gambar”, hal itu diceritakannya secara detail dan gamblang kepada kami, saat bertemu sapa beberapa waktu lalu.
Pria kelahiran Bandung, 29 Desember 1987 ini sehari-harinya bekerja sebagai seorang freelance illustrator untuk banyak nama, baik itu band, brand pakaian, hingga perusahaan besar. Telah menempuh pendidikan Strata 1 DKV di Universitas Komputer (UNIKOM), dirinya kini tak ingin berpuas diri dengan apa yang sudah dicapai. Jalan yang dipilihnya saat ini pun lebih terjal dan menanjak dibandingkan yang terdahulu. Mau tahu kisahnya seperti apa? Mari simak obrolan kami di bawah.
A: Halo Os, apa kabar? Boleh kasi gambaran gak, awal mula dirimu terjun di dunia ilustrasi?
K: Wah panjang pisaaaan hehe. Jadi tuh waktu TK teh bodoh haha. Berhitung gak bisa, nulis acak-acakan, membaca juga terbata-bata. Nah yang dapat respon positif tuh di sesi menggambar. Jadi mulai dari situ tuh membayangkan kalau besar nanti harus jadi orang yang bisa hidup dari menggambar. Terus, makin besar dan dewasa, makin menyadari passion teh di dunia ilustrasi. Tapi tidak pernah berekspetasi untuk jadi seorang perupa, pelukis, desainer, atau orang yang bergelut banget di seni rupa. Intinya mah bisa hidup dari menggambar aja. Syukurlah cita-cita dari kecil yang ingin hidup dari dunia dan kesukaan bisa tercapai. Tapi keraguan juga sempat datang di awal mencoba untuk hidup dari menggambar, bingung lebih tepatnya. Bagaimana cara jual jasa ini, cara menentukan harga ke klien, semua orang pasti pernah ngerasain ini. Kenapa keinginan untuk terus menggambar semakin besar, karena waktu SMA sering lihat koran-koran yang menampilkan ilustrasi untuk cerpen atau komik. Dari sana, langsung kepikiran “wah gak salah memilih jalan ini”. Terus untuk klien pertama itu tuh tetangga sendiri, kira-kira waktu SMA kelas 2. Jadi si Teteh tetangga ini minta gambarin wajah pacarnya, pas dicobain, eh dianya suka. Ya karena faktor saya gambarnya bagus, style-nya alus haha, klien senang dah. Tapi yang jadi masalah dikit waktu itu, saya bingung nentuin harga si jasa gambar tadi. Ya akhirnya karena bingung, ujung-ujungnya cuma minta 10 ribu aja haha. Tapi waktu itu, uang 10.000 punya nilai yang besar ya. Dari situ, yang tadinya lulus sekolah pengen ambil kuliah jurusan olahraga, bimbang lagi. Apakah harus ambil jurusan itu atau ambil Seni Rupa. Dua-duanya ada kemungkinan bisa jadi guru, tapi karena ada hobi di Basket juga, mungkin masi bisa jadi atlit beneran haha. Titik baliknya itu saat jasa menggambar saya bisa menghasilkan uang, yaudahlah ambil jurusan desain grafis di Unikom, dan mulai banyak dapat koneksi.
A: Untuk style saat awal-awal mulai serius di bidang ini, apa tuh?
K: Lebih ke realism. Menggambar bentuk atau wujud manusia. Ini semua bawaan dari TK sih. Di mana masa itu banyak teman-teman lebih senang menggambar pemandangan, saya malah milih gambar orang. Terus saat itu the langsung gambar orang kulit hitam main skateboard, hal yang tidak dipikirkan oleh anak-anak yang lain. Padahal mah karena crayon yang saya punya warnanya terbatas hehe.Terus, gaya yang ada sekarang tuh didapatkan secara otodidak. Orang tua juga bukan seniman, keluarga besar juga gak ada. Kalo di dunia sepak bola, saya mungkin kayak Christian Ronaldo hehe. Latihan dan kerja keras yang bisa membuat sampai seperti sekarang. Bukan karena bakat.
A: Kalau sosok yang jadi panutan dan inspirasi, ada?
K: Pasti ada dong. Nomor satu yang paling saya suka tuh Salvador Dalí. Buat saya pribadi, karya dia tuh menggambarkan dunia mimpi menjadi visual yang pas dan bisa dinikmati oleh orang lain. Untuk di nomor dua dan lokal, saya sangat mengagumi almarhum pak Paulus Sapomo, atau yang akrab dikenal dengan nama Seni Kanji. Buat saya pribadi, beliau hebat dalam mengkombinasi gaya gambarnya dengan kutipan-kutipan khasnya. Garis yang dibuat olehnya juga sangat berkarakter.
A: Kalau sekarang lebih fokus di style yang bagaimana?
K: Nah itu tuh sekarang lagi galau. Seperti kehilangan jati diri, tidak punya style yang tetap. Karena faktor pas kuliah sih, semua diembat sama saya hehe. Realis, Nirmana, Abstrak, Pop Art, Surrealis, Psikedelik, semua dah diembat. Akhirnya jadi bingung sendiri menetukan gaya. Tapi sekarang lagi mencoba kembali untuk mencari jati diri yang sebenarnya. Dimulai dari style Rusty atau yang Raw. Tapi kalau untuk bentuk objek, tetap seperti yang aslinya namun tidak mencontek apa yang ada. Semua dipikirkan sendiri. Gaya Rusty ini juga saya gak aplikasikan ke semua klien, karena ada beberapa klien yang ingin diikuti maunya. Tapi kalau saya gak bisa mengikuti keinginan mereka, baru saya arahkan untuk pakai gaya si Rusty ini, atau dilempar ke teman yang bisa gaya lain.
A: Gambar-gambarmu selalu memvisualkan hal seperti apa?
K: Gambar kehidupan sehari-hari atau peristiwa yang saya alami. Contohnya kayak gambar terakhir yang diunggah di Instagram. Itu menyoal kerinduan, idenya datang saat mendengarkan lagu Rhoma Irama haha. Jadi tuh gambar Koboy yang macho tapi melankolis. Atau saya biasanya mengangkat visual yang lekat dengan budaya Sunda. Terus kenapa gambar saya juga biasanya ada kutipan-kutipan, itu karena terinspirasi dari almarhum pak Supomo.
A: Pandanganmu soal Salvador Dalí?
K: Jadi karena si bapak tuh seorang seniman (yang tidak hanya menggambar aja), dirinya sangat-sangat menginspirasi. Pernah dirinya berperan sebagai seorang desainer busana untuk sebuah perkumpulan yang mengadakan pameran busana, dan dia juga pernah jadi model. Kayak Andy Warhol lah si Salvador ini, bedanya hanya di era. Seniman pisan lah, hidup dari berkarya. Yang saya senangi adalah dia bisa mengaplikasikan di dunia nyata juga. Nah, misal nanti saya kepikiran untuk membuat suatu pameran, pengen seperti beliau. Ada pameran seni visual yang digabungkan dengan seni penampilan, entah itu musik atau teater.
A: Sekarang sibuk ngerjain proyek apa saja nih?
K: Kebanyakan Apparel untuk saat ini. Kalau untuk diri sendiri, sekarang lagi proses membangun konsep untuk membuat Podcast (pengen aja masuk dunia ini). Dan lagi proses mencari gaya yang pas untuk diri sendiri, ingin selalu membuat karya yang lebih bagus dari karya yang terdahulu. Saya pribadi sih masih merasa belum merasa gaya yang “saya banget”. Sama ini juga, micro stock haha. Jadi sediain gambar untuk di platform seperti itu, nyari uang zaman sekarang harus kenceng, tidak melulu cash. Karena di online pun bisa mendapatkan pendapatan kalo kita seriusi.
A: Menurutmu, pengaplikasian sebuah ilustrasi itu baiknya di mana?
K: Di Art Print sih. Karena bentuk ini benar-benar satu hal yang memiliki benang merah dari dunia ilustrasi. Kalau di bentuk lain serasa kurang eksklusif sih. Di Art Print sendiri, ada proses berkesenian di dalamnya. Merasa lebih dihargai kalau sebuah karya itu dibuat dalam bentuk seperti itu. Lebih eksklusif.
A: Apa yang membedakan seniman lain dengan kamu, di style yang sama?
K: Apa ya? Mungkin lebih ke proses mencari ide dan pembuatan. Hasil pasti ada saja yang sama dengan seniman lain. Karena ada beberapa orang sangat bergantung dengan alat, itu yang mereka utamakan. Kalo saya sih lebih bebas aja, tidak terlalu bergantung dengan alat walaupun terbatas. Dari hal-hal itu, kita bisa lebih mengekspresikan apa yang kita miliki. Sampai saat ini pun masih sangat senang dengan teknik tradisional, lebih ekspresif. Kalau untuk digital, seperti dimanjakan sekali namun sebenarnya ada hal yang kurang. Seperti penekanan pena atau pensil saat menggambar, penarikan garis lurus juga beda jauh hasilnya. Kalo di media tradisional, tantangannya juga lebih gila, dan tidak mengikis gaya yang saya punya. Di digital kan kalo ada salah tinggal hapus atau undo haha, nah di tradisional kalo ada yang salah mah diperbaiki atau dibuat baru.
A: Aktivitas apa yang bisa memunculkan ide dalam menggambar?
K: Motoran dan melamun haha. Karena kalo motoran kita bisa melihat banyak bentuk kehidupan yang berbeda satu sama lain. Melamun juga proses yang sangat menyenangkan, visual-visual yang muncul di dalam pikiran itu kadang sangat unik. Makanya kalo ada kerjaan dari klien, selalu minta waktu yang cukup lama.
A: Mood dalam menggambar itu penting atau tidak?
K: Kalo sudah terjun di industry sebenarnya jangan selalu bergantung mood. Karena kita sudah masuk di ranah yang professional. Tapi saya sendiri juga masih bergantung pada mood, yang kadang tidak puas dengan hasil yang didapatkan. Ini lagi dicoba untuk mengimbangi dan mengerti.
A: Zaman pandemi ini banyak orang yang mengeluh akan keadaan, kamu sendiri bagaimana?
K: Percuma euy kalo mau mengeluh terus-terusan, buang waktu. Mending dialihkan untuk mencari solusi agar bisa terus berkehidupan. Saya sendiri misal penghasilan berkurang karena kondisi sekarang, ya saya rela meninggalkan dunia ini, yang penting untuk saat ini tuh keluarga. Tapi syukurnya istri sangat mendukung penuh dan selalu berpikir kalo saya punya masa depan yang bagus dari dunia gambar. Seperti yang disebutkan di atas, pada akhirnya sesuatu yang terbatas pasti orang bakal lebih kreatif. Jangan menyerah dengan situasi, coba salurkan ke hal yang positif. Mengeluh tidak bakal menyelesaikan masalah, cobalah sebisa mungkin mencari solusi-solusi terbaik.
A: Titik sukses menurut kamu seperti bagaimana?
K: Dapat pengakuan dari orang-orang.
A: Kalo untuk ilustrasi musik, kamu meresponnya sampai menjadi gambar dari sisi mana?
K: Biasanya sih minta sampel lagu, biasa 3 sampai 4 yang saya minta. Gunanya untuk tahu visual seperti apa yang cocok dengan karakter musik mereka. Hampir samalah dengan kebanyakan illustrator haha.
A: Ada yang ingin disampaikan buat orang-orang yang akan membaca obrolan ini nanti?
K: Jangan banyak ngeluh, cape kalo gitu terus, kerja aja terus. Banyak orang sekarang mengeluh mau gaji gede tapi kerjaan tidak berat. Gak gitu alurnya haha.
Wawancara oleh Adjust Purwatama
22 September, 2021